Apakah Gerakan Hari Bumi Telah Membawa Perubahan?

Ilustrasi (Unsplash/Johannes Plenio)

Setiap tanggal 22 April, masyarakat dunia memperingati Hari Bumi. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian terhadap Bumi, terutama menjaga keberlangsungan lingkungan.

Hari Bumi pertama kali dirayakan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat. Pencetusnya adalah seorang Senator Amerika Serikat asal Wisconsin, Gaylord Anton Nelson.

Saat pertama kali dirayakan, diperkirakan 20 juta orang turun ke jalanan. Mereka mengekspresikan keprihatinan akan lingkungan hidup dengan cara yang meriah. Seperti menyanyi, menari, mengenakan masker gas, dan memungut sampah.

Di Amerika Serikat peringatan tersebut memacu perubahan. Banyak undang-undang lingkungan hidup disetujui oleh Kongres dalam beberapa tahun setelahnya. Termasuk membawa kepada pengembangan teknologi, seperti sistem untuk membersihkan gas buangan di cerobong pembangkit listrik.

Seiring berjalannya waktu, Hari Bumi pun makin dikenal dan diperingati setiap tahun di seluruh dunia. Mirisnya, setiap tahun pula Bumi masih mengalami kerusakan akibat manusia. Hutan tak berhenti digunduli, pembuangan karbon semakin banyak, hingga laut tercemar plastik.

Meski begitu para pejuang lingkungan dan ilmuwan juga tak kalah gigih untuk menyelamatkan Bumi. Telah banyak usaha yang dilakukan demi keberlangsungan lingkungan. Seperti menciptakan energi terbarukan, membuat pertanian yang lebih alami, menjaga hutan tropis, dan masih banyak lagi.

Kini setelah Hari Bumi diperingati selama 50 tahun, apa saja yang telah terjadi? Apakah peringatan tahunan ini juga berdampak di Indonesia?

Baca cerita selengkapnya di artikel “Linimasa Hari Bumi” di Majalah National Geographic Indonesia, edisi April 2020.

Comments